Matanya tertegun
Air asin itu menggenang dan tumpah
Hatinya mengais harapan
Langkahnya terseok dan menjerit
Dia berikan jantung dan hatinya
Demi buah hati dan secangkir beras
Ketika pahlawannya mundur
Kalah oleh hidup dan dera
Pundak putihnya kini berkerut
Dia lepaskan mangkok bagiannya hari ini
Cemas menanti malam
Berharap seisi rumah kelelahan
dan melupakan isi perut
dalam gelap bilik
jiwanya mendongak pada surga
ingatlah kami, Tuhan
No comments:
Post a Comment